Ihre Browserversion ist veraltet. Wir empfehlen, Ihren Browser auf die neueste Version zu aktualisieren.

KMKI, singkatan dari Keluarga Mahasiswa Katolik Indonesia, adalah suatu organisasi dari dan untuk mahasiswa/i Indonesia di Jerman yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan kekatolikan. Keorganisasian KMKI secara garis besar diatur dalam Orientasi KMKI, pelaksanaannya didasarkan atas musyawarah dan mufakat antara sesama warga dan pengurus.

Kewargaan KMKI bersifat terbuka dan mengandung unsur-unsur pengakuan diri dan pengakuan dari warga lain, serta adanya pendataan diri pada sekretaris regio. KMKI juga terbuka bagi umat agama lain, karena KMKI bukanlah suatu organisasi keagamaan, melainkan organisasi yang bernafaskan kekatolikan.

(c) kmki.net

Saya melayani dan mendampingi KMKI Hamburg sejak bulan Oktober 2009. Saya rela berbagi dan belajar bersama mereka dalam aneka aksi dan kreasi. SALING MEMBERI DAN MENERIMA.

Ibadat Sabda Online Perdana - Minggu Biasa ke-3 - 24 Januari 2021

Veröffentlicht am 24.01.2021

RENUNGAN/ KOTBAH

 

Saudari dan saudaraku yang terkasih!

 

Tak dipungkiri lagi bahwa dalam aksi dan kreativitas-Nya yang tanpa batas, Allah Sang Pencipta atau Pemberi Kehidupan memanggil kita manusia agar mengenal Dia dan melayani-Nya dengan cara yang unik. Ia memanggil kita dalam segala kelebihan, kekurangan, keterbatasan dan tendensi keberdosaan kita untuk mengikuti-Nya.

Hari ini kita disodorkan dua contoh kisah panggilan spesial sebagai bahan refleksi atau permenungan.

Dalam cerita tentang Nabi Yunus, Allah berkorelasi dengan seorang nabi atau profet yang dihantui dan tergoncang oleh rasa takut. Pada awalnya ia menolak panggilan Allah. Tetapi ketika Yunus mencoba melarikan diri dari Allah, dia malah merasa lebih membutuhkan Allah. Ia ditantang untuk bergerak maju melampaui apa yang dipikirkannya. Pada akhirnya Allah memberikan kesempatan kedua kepadanya dan seluruh kota Niniwe luput dari murka Allah.

Dalam Injil Markus kita mendengar kisah panggilan para murid pertama Yesus: antara lain Simon (Petrus) dan Andreas, dan juga Yohanes dan Yakobus. Dengan ajakan Yesus yang luar biasa, sederhana dan mengena: “Mari Ikutlah Aku, dan Kamu Akan Kujadikan penjala manusia“, mereka rela dan segera meninggalkan mata pencahariannya atau profesinya sebagai nelayan. Mereka memulai suatu petualangan atau Abenteuer yang jauh melebihi apa saja yang mereka pikirkan dan harapkan. Mereka harus berjuang untuk jangka waktu yang relatif lama guna memahami siapa sebenarnya Yesus itu dan apa sebabnya sampai Dia begitu berpengaruh atas diri mereka. Dalam dua kisah panggilan ini, Allah memformasi orang-orang yang dipanggil-Nya untuk menjadi para pelayan yang sejati dan saksi-saksi kasih-Nya yang tangguh.

 

Saudari dan saudaraku yang terkasih!

 

Allah menginginkan kita masing-masing menjadi saksi dan pelayan Kerajaan-Nya.

Kita harus senantiasa mengingat bahwa Dia tidak mengenal favoritisme dan anak emas. Sampai berapa tinggi pun tingkat pendidikan kita atau bagaimana pun dalamnya pengabdian kita kepada-Nya, panggilan Allah akan menantang kita dan menggoncang kita.

Barangkali yang kita alami tidaklah sedramatis apa yang dialami oleh nabi Yunus atau para murid Yesus yang pertama. Mungkin sekali bagi kita, hal itu merupakan suatu proses yang berjalan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya. Namun – cepat atau lambat – hal itu akan terjadi. Suatu moment pembenaran akan kita alami! Allah ingin mengundang kita semua untuk bergabung dalam suatu petualangan melayani Kerajaan-Nya.

 

Apabila kita berupaya, sungguh-sungguh setia dalam hal-hal kecil yang “ditugaskan-Nya” kepada kita setiap hari, maka dengan berjalannya waktu kita akan ditransformasikan.

Allah akan membentuk diri kita menjadi para murid yang memiliki kemampuan untuk membuat suatu perubahan dalam dunia: dalam keluarga, dalam persekutuan ini, dalam gereja, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seperti para rasul-Nya dan para nabi-Nya.

Yang dicari oleh-Nya adalah pribadi-pribadi yang rendah hati, rela berkorban dan senantiasa terbuka bagi sentuhan kasih-Nya.

 

Saudari dan saudaraku yang terkasih!

 

Saya sendiri menjawab dan menjalani panggilan Tuhan dalam komunitas religius Serikat Sabda Allah, SVD/ Steyler Missionare; tetapi saya meyakini bahwa panggilan dapat dihidupi dalam pernikahan, keluarga, di tempat kerja, di sekolah, di universitas, lembaga pendidikan lainnya dan dalam masyarakat.

Pengalaman saya adalah: Dengan berjalan bersama Yesus, saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menentukan dan paling hakiki dalam hidup saya. Dia adalah orang yang mengetahui liku-liku kehidupanku.

 

Sabda Allah dalam Kitab Suci dan kehidupan dengan orang Kristen lain dan orang-orang yang berbeda agama; kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berulang kali menantang hidup saya, bukan mempersempitnya, tetapi menginspirasi dan memperkaya. Saya mungkin tidak tahu, di mana saya akan berada hari ini, jika saya tidak menghadapi semua tantangan ini. Ada kata-kata dalam Kitab Suci yang tertanam kuat pada diri saya. Misalnya perkataan Yesus dalam Injil Yohanes yang merupakan Moto Tahbisanku: "Tinggallah dalam KasihKu, maka kamu akan menghasilkan buah."

 

Kita semua dipanggil. Kepada kita masing-masingYesus berkata "Mari dan ikutilah Aku!". Kita menapaki jalan yang berbeda, tetapi kita mengikuti panggilan yang sama, dan itu akan selalu hanya bergantung pada satu hal ini: bahwa kita mengikuti Tuhan, di mana Dia telah menempatkan kita.

Ganzen Eintrag lesen »

Sharing Natal Bersama Via Zoom - 26. Desember 2020

Veröffentlicht am 26.12.2020

RENUNGAN/ KOTBAH

 

Om dan Tante, mahasiswa dan mahasiswi, saudara dan saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Sang Juruselamat, Sang Imanuel, Allah beserta kita.

 

Natal tahun diriahrayakan dalam suasana dan kondisi Modus Pandemi. Krisis Corona sedang melanda dan menggerogoti seluruh dunia dan sangat mempengaruhi dan menentukan setiap sendi kehidupan banyak orang. Banyak orang bertanya: Kapan krisis dan wabah berkepanjangan ini akan segera berakhir? Apakah situasi demikian adalah kenormalan baru atau suatu tantangan khusus bahkan luar biasa? Banyak orang yang sudah terpapar dan terdampak virus corona bahkan meninggal dunia. Di tanah air kita, krisis ini diperparah dengan maraknya politik identitas yang meningkatkan ujaran kebencian, intoleransi beragama dan etnis, radikalisme agama serta perpecahan di antara kelompok-kelompok masyarakat kita.

 

Saya yakin dan percaya bahwa kita semua bukan cuma berada dalam Modus Corona tetapi kita sedang berjuang menghadapi bukan hanya COVID-19 tetapi cara hidup atau tatanan baru dalam mempertahankan ekonomi keluarga, dalam interaksi sosial, dalam bidang pendidikan, kesehatan dan dalam kerohanian kita sebagai orang yang beragama, sebagai pengikut Kristus.

 

Sejak bulan Maret 2020 kita menjaga jarak dan meredusir kontak kita dalam kegiatan jasmani dan rohani dalam persekutuan ini. Kita tidak hadir bersama secara fisik di Sedanstrasse untuk merayakan bersama Ekaristi, makan bersama, tukar pikiran, sambung rasa atau curhat. Banyak dari antara kita mencoba berpikir positif, aktif dan kreatif mengembangkan atau mempertumbuhkan iman, harapan dan cintanya akan Yesus, Sang Immanuel yang selalu berada bersama kita dalam setiap situasi hidup kita.

 

Ada yang menggunakan media online untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, kepada Gereja dan sesama, misalnya lewat Misa Livestreaming lewat Televisi dan Internet, lewat Videokonferenz, lewat Podcast, lewat WhatsApp, Facebook, Instagram dll.

 

Weihnachten findet statt! Weihnachten fällt nicht aus. Natal tetap ada dan tetap dirayakan tahun ini hanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Natal yang dihiasi oleh peraturan-peraturan Corona dan protokol kesehatan selalu mewarnai keseharian kita: Jaga Jarak, pakai masker, cuci tangan, pengaturan sirkulasi udara dalam ruang dan penggunaan Corona App.

 

Natal Tahun ini tentu berbeda semaraknya dalam hal persiapan dan Hari „H-nya“ yakni pesta bersama di keluarga, kelompok, persekutuan dan perayaaan liturgis lewat ibadah dan misa di gereja. Banyak ritus, tradisi atau kebiasaan dikurangi bahkan ditiadakan. Natal yang penuh dalam romantisme dan nuansa kembiraan, kedamaian, persaudaraan dan kekeluargaan harus mencari form atau format baru. Ada yang berujar Natal 2020 adalah Natal Made in Corona. Namun saya beranggapan bahwa Natal Tahun ini adalah Natal trotz Corona dan mit Corona  Natal tahun ini memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih masuk dalam keheningan dan mencoba mendengar dan memaknai sekali lagi Natal. Natal dengan Corona-Style.

 

Kisah kelahiran Sang Imanuel di Kota Daud, Betlehem bukan hanya kisah historis mengharukan dari dulu, yang dirayakan dalam tradisi gerejani. Kisah ini bukan saja menjadi kisah literatur terbaik sepanjang masa tetapi menjadi selalu up to date atau aktual dari masa ke masa. Natal sebaiknya harus diberi makna sesuai dengan situasi dan kondisi kekinian masing-masing pribadi, keluarga, sosial-kemasyarakatan dan sosial-religius.

 

Pesan untuk hari kita, yang merupakan sabda dan realitas yang sama dan kekal selamanya adalah: Tuhan datang ke dunia sebagai seorang anak kecil, Immanuel, Raja Damai, pembawa kabar sukacita dan pengharapan - ke dunia ini, sebagaimana adanya, dengan segala bahaya, sakit dan penderitaannya yang kita sadari dan alami tahun ini melalui virus Corona, krisis iklim dan ekonomi global, pengungsian, perang, kekerasan dan teror. Tuhan masuk ke dalam kemanusiaan kita atau Ia menjelma menjadi manusia. Dialah yang turut berbagi dalam hidup, kerja dan cinta, kerinduan dan kebutuhan dan kebahagiaan kita.

Dia ingin memberi kita terang, hidup, cinta dan harapan agar kita tidak tinggal sendirian, tersesat dan hilang dari di dunia ini. Marilah kita dengan hati yang ikhlas dan terbuka menyambut kedatangannya, Sang Imanuel dan berbagi MERRY CHRISTMAS; SELAMAT PESTA NATAL sambil mematuhi protokol kesehatan.

 

Bacaan dari Pengkotbah membantu kita dalam permenungan dan sharing hari ini. Segala susuatu ada masanya. Setiap kita bisa menginterpretasi, berdiskusi, menulis dan mensharingkan lebih lanjut maksud dari sang Penulis kitab Pengkotbah sesuai dengan pengalaman kita masing-masing. Ada saat sebelum Corona dan ada saat Bersama Corona. Tentu banyak sekali pengalaman yang baik dan buruk.

Dalam permenungan kita, kita akan sadar, tahu dan bergembira bahwa ada garansi atau jaminan dari Tuhan yang adalah Immanuel bahwa ia selalu hadir bersama kita, berdoa, bekerja dan menyertai kita sampai akhir zaman. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Ia menghadiahkan kita kekuatan cinta dan tidak membiarkan kita dikuasai oleh Roh ketakutan.

Sebagai manusia kita kerapkali tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Namun kita percaya ia akan menunjukkan atau memberikan jalan yang terbaik untuk tetap setia kepadanya dalam suka dan duka, untung dan malang, sakit dan sehat.

Ganzen Eintrag lesen »